Merah Tua
Jika akhir-akhir ini aku melihat langit malam, warnanya tidak melulu hitam. Kadang berwarna biru tua, kadang kemerahan. Seperti malam ini, bulan yang menunjukkan setengah wujudnya tampak pias diantara langit merah tua. Di waktu tidak selarut malam terakhir ketika aku menemuiNya, Ia sudah hadir ketika jarum belum menunjukkan angka dua belas. Ia duduk termanggu, tidak sibuk seperti kemarin. Sedikit kudengar Ia tersedu. Kenapa? - tanyaku. Ia terkejut dengan kehadiranku. Diseka air mataNya cepat-cepat. Baru pada saat itu aku sadari bahwa aku berada di permadani mantel merah tua yang menghampar luas. Angin malam berhembus, Ia mengencangkan mantelnya. "Dingin ya?" tanyaku. Ia mengangguk. "Aku tidak bersahabat dengan dingin. Dingin membuatku alergi dan dingin juga membuat dadaku sesak. Sampai kapan ya ini berakhir?" Alih-alih menjawab pertanyaanku, Ia menggapaiku kemudian membawaku disisiNya. Tinggi dan hangat. Mega dan akbar. Ia bercerita tentang Raja Awan yan