Seribu Kunang-kunang di Manhattan
Berbekal rasa penasaran dan urusan kerjaan sudah kelar, datanglah saya ke Rumah Buku di hari Sabtu malam itu. Di sana akan diadakan pementasan teater Seribu Kunang-kunang di Manhattan yang diadaptasi dari cerita pendeknya Umar Kayam--penulis yang sering dibicarakan kedua teman saya, Andika dan Indra, karena ... ah apalah artinya saya hanya membaca Crayon Sinchan. Pemikiran saya sederhana: saya ingin tahu seperti apa ceritanya dan seperti apa pementasannya karena saya belum pernah membaca karya penulis yang sering diceritakan kedua teman saya ini. Yang semula diagendakan pukul setengah delapan, nyatanya baru dimulai pukul delapan kurang sedikit. Duduk di atas rumput beralaskan terpal dan sayup-sayup suara kembang api terdengar di belakang, saya mencoba menikmati pertunjukkannya yang hanya beberapa menit. Cerita diawali dari Marno dan Jane yang duduk di sofa apartment sambil minum segelas scotch dan martini. Mereka terikat pada perbincangan mengenai masa lalu, misalnya Jane yang te