Menyambangi Dika
Saya kenal Dika sekitar tahun 2007, kalau tidak salah. Kami bertemu di sebuah klab nulis yang saat itu masih berada di Jl. Kyai Gede Utama. Bayangan tentang Dika kala itu tidak terlalu jelas. Saya hanya ingat kalau ada ia adalah orang yang soliter namun cukup aktif dalam memberikan tanggapan dalam dunia kepenulisan. Saat itu teman diskusinya yang adalah Erick dan Mirna. Ia fasih sekali dalam mengeluarkan berbagai referensi literasi, terutama buku berbahasa asing, sehingga memperkaya pendapatnya. Pih. Tampak berlebihan. Tapi itulah Dika. Saya sadar akan eksistensi Dika saat klab nulis sudah pindah ke sana-sini kemudian menetap di Jl. Siliwangi hingga sekarang. Saat itu kami mulai dekat. Pencetus kedekatannya tidak tahu. Tapi itu membuat saya berpikir bahwa pertemanan itu tidak diatur, tidak penuh basa-basi, atau berawal dari pernyataan "kamu mau ya jadi teman saya?" layaknya orang pacaran. Pertemanan terjadi begitu saja. Klik. Kemudian berlangsung seterusnya. Dalam perte