(Review Buku) Robohnya Surau Kami

Kalau hujan sudah turun, setelah makan mi rebus dengan telur, paling enak tiduran di kamar dengan cahaya seadanya. Sementara petir menggelegar di luar sana dan air hujan bertalu-talu di atap rumah, paling enak tidur sambil menonton film fantasi di televisi. Kalau takut nanti televisinya kena petir, paling enak baca buku. Penerangan yang minim membuat mata pedih, lantas kita akan mengantuk ... Setidaknya itu yang saya bayangkan akhir-akhir ini. Walau waktu hujan tidak tepat dengan keberadaan saya di kamar, tidak juga makan mi, tidak ada film fantasi, tapi setidaknya keinginan untuk baca buku tersampaikan. Dari tiga buku yang dipinjam dari teman, buku pertama yang saya pilih untuk dibaca adalah antologi buku Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Robohnya Surau Kami adalah cerita pendek termahsyur yang ditulis oleh penulis berdarah Minang ini. Cerita pendek ini mengkritisi sebuah hal yang paling tidak bisa dikritik: religi. Novel ini bercerita tentang kematian tragis seorang Kake